Total Tayangan Halaman

Jumat, 08 April 2011

kepemimpinan pancasila (Yuswa Eko Prayoga E42008059)


KEPEMIMPINAN PANCASILA DALAM PERSPEKTIF PEMIMPIN YANG ADA DI INDONESIA
Oleh: Yuswa Eko Prayoga
A.    Konsep kepemimpinan pancasila
Kepemimpinan adalah seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Berbagai teori kepemimpinan telah dikemukakan oleh berbagai ahli, baik para ilmuan dari negara-negara asing, sampai pada ilmuan-ilmuan lokal kita. Teori kepemimpinan telah dipelajari dalam jangkauan yang tidak singkat waktunya. Namun sampai sekarang masih selalu diperdebatkan kepemimpinan model apa yang cocok untuk diterapkan dalam berbagai situasi terutama di negara indonesia ini.
Studi tentang kepemimpinan sudah sangat tua dan melahirkan begitu banyak teori, mulai dari the great men theory yang menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan, kemudian dilanjutkan dengan teori sifat yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat yang melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menanalisis kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, dan teori kontingensi yang menganalisis bahwa kepemimpinan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana kepemimpinan itu dijalankan. Inilah garis besar teori kepemimpinan yang berkembang selama ini. Namun pada tataran teori ini tidak satupun teori yang bisa menjelaskan konsep teori apa yang cocok untuk situasi kondisi yang ada di indonesia sebagaimana yang dijelaskan oleh teori situasional atau kontingensi. Ada suatu konsep yang dikemukankan dari teori lokal yang berdasarkan falsafah hidup bangsa indonesia yaitu pancasila.
Kepemimpinan pancasila, pernahkah anda mendengar teori ini? Teori ini mengisyaratkan bahwa kepemimpinan itu harus didasarkan pada nilai-nilai pancasila seperti yang dijelaskan oleh lima sila yang ada pada idiologi negara ini. Kepemimpinan pancasila menurut Drs. Sukarna dalam bukunya yang berjudul “kepemimpinan dalam administrasi Negara” adalah kepemimpinan yang Thesis (percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa), kepemimpinan yang humanis (memiliki rasa kemanusian), kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang runitaris (mempersatukan) dan kepemimpinan yang sosial justice ( kepemimpinan yang berkeadilan).
Kepemimpinan pancasila mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinanya, baik itu nilai keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Secara lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan Thesis atau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa
Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal yang harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan Tuhan dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha Esa.  Kepemimpinan tipe thesis ini biasanya dimainkan oleh tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh religius dan pemimpin yang taat pada aturan agamanya. Ajaran-ajaran agama menjadi tolak ukur setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin yang seperti ini. Konsep kepemimpinan thesis ini sangat susah diterapkan karena merupakan konsep ideal suatu kepemimpinan, dan merupakan das sein namun das sollennya tidak semua pemimpin mampu mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya, misalnya islam dengan gaya nabi panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist, serta  Hindu dan Budha dengan Dewa yang mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak.
2.      Kepemimpinan yang humanis
Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila kita yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka setiap tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan, perikeadaban dan perikeadilan. Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan nilai-niali kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Perikeadaban dimaksudkan sebagai nilai-nilai manusia yang beradab, yang memiliki etika sosial yang kuat dan menjunjung tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian perikeadilan dianggap sebagai prilaku pemimpin yang adil kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil bukan berarti sama rata, namun adil sesuai dengan hak dan kewajibannya atau sesuai dengan porsinya. Praktek kepemimpinan model ini juga tidak gampang, perlu pembelajaran dan penghayatan yang mendalam dan harus tertanam dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari para pemimpin model ini.
3.       Kepemimpinan yang unitaris atau nasionalis
Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu persatuan indonesia tidak boleh melepaskan diri dari nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai kesetiaan tertinggi dari setiap inividu ditujukan kepada kepribadian bangsa. Ada 4 fungsi nasionalisme bagi kepemimpinan administratif menurut Drs. Sukarna, yaitu:
a.       Mempersatukan seluruh kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya dan bangsa indonesia
b.      Mengeliminasi dominasi asing, ataupun yang bersifat asing dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya
c.       Mempertahankan kepribadian bangsa indonsia di tengah-tengah percaturan global
d.      Mengusahakan gengsi dan pengaruh dalam dunia internasional
Kepemimpinan yang menyatukan yang menjadikan perbedaan itu ke suatu arah tujuan bersama itulah ide utama dari kepemimpinan tipe ini, dengan perbedaan yang ada kita tetap teguh dan kuat dalam menghadapi tantangan dan acaman dari luar. Esensinya bahwa rasa cinta pada negeri yang rasional dan kemampuan untuk menyatukan berbagai kepentingan dalam masyarakatnya. Kepemimpinan tipe ini harus bebas dari primordial yang sempit, harus mempunyai wawasan nusantara yang mendalam, agar tidak terpengaruhi oleh iming-iming asing yang menggoda sesaat.
4.      Kepemimpinan demokratik
Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4 yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata lain adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis pancasila ini menurut Drs. Sukarna adalah sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan administartif tunduk dan taat kepada kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di dalam segala bidang baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b.      Kepemimpinan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat yang tertuang dalam falsafah hidupnya sendiri, UUD dan aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan suara rakyat
c.       Kepemimpinan demokratik selalu menjunjung tinggi falsafah”ambeg paramarta” yaitu mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani
d.      Kepemimpinan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan hukum, karena negara kita adalah negara hukum
e.       Kepemimpinan administratif mempunyai kewajiban untuk menegakan HAM
f.       Kepemipinan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan kekuasaan pada satu tangan, namun meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional.
5.      Kepemimpinan social justice
Kepemimpinan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Kepemimpinan berkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan sama rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus proporsional, oleh karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat untuk mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana. Pemimpin yang menganut paham ini harus pandai membaca situasi, harus pandai mencari kearifan dan menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan orang lain yang benar-benar sesuai dengan kondisi masyarakat. Ada beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang berkeadilan (Sukarna, 2006,75), yaitu:
a.       Kepemimpinan selalu mendahulukan kepentingan orang yang mengikutinya atau kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau kelompok;
b.      Tidak bersifat nepotisme atau mendahulukan orang-orang terdekat dalam setiap pengambilan;
c.       Mampu menegakkan keadilan;
d.      Tidak mungkin mewujudkan keadilan sosial jika dalam suatu negara atau suatu organisasi yang pemimpinnya menganut paham otoriterisme, karena dalam konsep otoriterisme tidak meengenal keadilan model ini;
e.       Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia sebagai pelayan pengikutnya;



B.     Bagaimana dengan kepemimpinan di Indonesia sampai saat ini?
Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia, dimana pola hidup masyarakatnya selalu berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Namun apa yang terjadi, masih banyak dari masyarakat kita yang bisa dan mau mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya. Begitu juga dengan para pemimpin kita, kita lihat dari puncak teratas kepemimpinan negeri kita yaitu presiden-presiden kita. Kita mulai dari presiden kita pertama yaitu Sukarno. Sukarno adalah pencetus dan salah satu the founding father bangsa ini. Pancasila juga terlahir dari konsep para founding father bangsa ini, namun jika kita lihat dari kepemimpinan Sukarno bahwa Sukarno lebih menonjolkan kharismatiknya, tak sedikit orang yang meragukan Sukarno, namun apakah Sukarno sudah menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinannya. Sukarno jika kita lihat dari sejarahnya juga tidak menerapkan seluruhnya dari nilai-nilai pancasila, hal ini terbukti dengan keinginannya untuk menjadi presiden seumur hidup, hal ini sangat bertentangan dengan nilai dari sila ke-4 yaitu dengan nilai-nilai demokrasinya. Begitu juga dengan paham komunisme yang menurut sejarah dianut oleh Sukarno, hal ini bertentang dengan prinsip keadilan yang dijelaskan dalam konsep kepemimpinan yang berkeadilan yang berarti menempatkan sesuatu pada porsinya bukan sama rata dan sama rasa.
            Kita beralih pada prsiden kita kedua yaitu Suharto, selama 32 tahun pemerintahan Suharto banyak mendapat pertentangan dan kritikan. Kepemimpinan yang dinilai banyak pihak sangat otoriter dan sangat sentralistik ini sangat tidak cocok dengan prinsip kepemimpinan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonsia. Di dalam konsep kepemimpinan pancasila tadi sudah penulis jelaskan bahwa sangat sulit untuk menerapkan kepemimpinan yang berkeadilan pada Negara atau pemimpin yang otokratik. Begitu juga dengan masa pemerintahannya yang sangat lama menyebabkan prisip-prinsip demokrasi yang tertuang dalam sila ke-4 tidak bisa terpenuhi.
            Kemudian kita berlanjut ke presiden ketiga kita yaitu Habibie. Seorang yang berlatar belakang seorang teknokrat ini menjadi presiden menggantikan Suharto yang didesak mundur oleh banyak kalangan. Habibie jika kita lihat dalam kepemimpinannya  juga belum bisa menerapkan nilai-niali pancasila secara keseluruhan kepemimpinannya. Kepemimpinan pancasila itu adalah kepemimpinan yang unitaris dan nasionalis, namun pada kasus presiden ketiga kita ini, dia mengambil keputusan yang kurang tepat mengadakan jakak pendapat untuk kemerdekaan Timor-timor, sehingga apa yang disebut menyatukan seluruh tumpah darah Indonesia seperti semangat yang ada pada the founding father kita masih kita ragukan, keutuhan NKRI adalah harga mati, namun presiden kita yang satu ini berfikiran lain.
Gusdur dalam kepemimpinannya juga belum bisa menerapkan pancasila secara utuh dalam kepemimpiannya, hal ini terlihat dari pola kepemimpinannya yang instan dan banyak menimbulkan pro dan kontra. Tak terlepas dari kekurangannya, gusdur juga punya kelebihan-kelebihan yang mencerminkan nilai-nilai pancasila, seperti sikapnya yang meenghargai perbedaan, baik itu agama, ras, suku dan golongan, diizinkannya agama konghucu masuk ke indonseia sebagai agama keenam yang ada di Indonesia menunjukan bahwa Gusdur sangat berkomitmen menerapkan kebebasan memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing sesuai dengan esensi sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Megawati, putri dari presiden pertama kita ini menjadi presiden wanita pertama kita. Kharismatik sang ayah yang masih terngiang di hati banyak masyarakat membuat sosok megawati ini tidak bisa terlepas dari pesona ayahnya. Sosok yang dikenal radikal dengan pemerintah ini menjadi presiden dengan gayanya yang radikal dan dalam perkembangan kepemimpinannya terdapat perubahan yang signifikan pada ketatanegaraan kita, seperti adanya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, memantabkan konsep otonomi daerah yaitu konsep desentralisasi dan dekonsentrasi sehingga paham-paham otoriter tidak lagi melekat pada sistem negara kita. Terlepas dari kebaikannya megawati juga banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila kita seperti yang dijabarkan lagi dalam UUD 1945 kita, seperti penjualan perusahaan-perusahaan Negara kita yang notabene adalah menguasai hajat hidup orang banyak, seperti saham indosat dan sebagainya.
Yang terakhir adalah SBY, yaitu prsiden keenam kita, yang merupakan presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Sosok yang dikenal punya kharisma, yang berasal dari seorang prajurit ini dinilai sudah cukup baik dalam menerapkan nilai-nilai pencasila dalam kepemimpinannya. Hal ini ditunjukan dengan sistem demokrasi yang semakin membaik, tipe kepemimpian yang elegan dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan sehingga dia disebut banyak pihak lamban dalam mengambil keputusan. Namun terlepas dari hal-hal baiknya terdapat juga kelemahan dari presiden kita ini, seperti yang dijelaskan dalam konsep kepemipinan yang unitaris diatas, maka seorang pemimpin harus bisa membatasi pengaruh-pengaruh asing yang bertentangan dengan niali-niali masyarakat kita, dalam konteks ini dapat kita lihat sekarang dengan perekonomian sistem dunia yang merajalela seperti perdagangan bebas, masuknya nilai-nilai barat yang bertentangan dengan nilai-nilai ketimuran bangsa indonesia membuat catatan kurang baik jika kita lihat dari perspektif kepemimpinan pancasila.
Dari seluruh penjelasan yang diungkapkan penulis diatas, dapat disimpulakan bahwa tak seorang pun dari presiden-presiden kita ini yang mampu menerapkan konsep kepemimpinan pancasila ini dengan sepenuhnya. Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan pancasila hanya menjadi konsep idealnya kepemimpinan dengan konteks Indonesia. Konsep ideal ini sangat sulit untuk dicapai secara penuh namun hanya sebatas mendekati bisa kita katagorikan dengan kepemimpinan yang  baik dalam konteks indonesia.

Sumber:
Sukarna,Drs, 2006.”Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara: Pemerintahan Teori A-Z), Mandar Maju, Bandung
Siagian, Sondang P, 2003“Teori Dan Praktek Kepemimpinan”Rineka Cipta, Jakarta



Tugas 1: Saya dan pemimpin idola saya
KEPEMIMPINAN YESUS KRISTUS VERSI AJARAN KRISTIANI
Oleh: Yuswa Eko Prayoga
Jika kita menyimak di banyak media sekarang baik itu media cetak maupun media elektronik, maka kita akan melihat banyak pemberitaan tentang penolakan kepemimpinan seseorang, mulai dari penolakan kepemimpinan di Negara-Negara timur tengah, sampai pada penolakan kepemimpinan organisasi sepakbola. Krisis kepemimpinan sepertinya tengah melanda dunia ini. Kebanyakan alasan masyarakat ingin menggulingkan pemerintahan atau renzim kepemimpinan di timur tengah ini adalah karena dinilai diktator dan terlalu lama memegang jabatannya. Sosok pemimpin seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat libya misalnya, mesir dan negara-negara timur tengah lainnya. Hal ini masih menjadi tanda tanya besar kita.
             Mencari sosok pemimpin sejati yang memenuhi setiap keinginan dan kemauan pengikutnya itu tidak gampang, bahkan pemimpin yang dinilai baik oleh pengikutnya belum tentu dinilai baik oleh pengikut pemimpin yang lain. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang kosisten dengan tujuan dan arah mengapa ia menjadi pemimpin dan pemimpin yang mampu mencetak pemimpin-pemimpin lainnya, oleh karenanya itu pemimpin tidak hanya dituntut bisa mengarahkan orang yang dipimpinnya guna mencapai tujuan bersama, tetapi juga bisa menjadi guru yang mendidik pengikutnya menjadi pemimpin yang melebihi dirinya.
            Pemimpin harus bisa menjadi teladan bagi para pengikutnya, harus menunjukan bahwa dia pantas dan layak menjadi seorang pemimpin, harus punya kharisma yang membuat orang lain secara sadar dan tidak sadar mengikutinya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan motivasi kepada pengikutnya, memberi keyakinan kepada pengikunya bahwa apa yang mereka jalankan dan apa yang mereka kerjakan merupakan sesuatu yang akan membuahkan hasil seperti yang mereka inginkan.
            Para pemeluk agama masing-masing mempunyai sosok idola kepemimpinannya masing-masing, diantaranya adalah agama islam yang mengidolakan sosok pemimpin seperti nabi Muhammad, knghucu yang mengidolakan sosok Confusius, kristen yang mengidolakan kepeimpinan Yesus. Hal ini sangat lumrah terjadi karena dalam ajaran setiap agama pasti akan meneladani sosok idola mereka ini. Kepemimpinan para tokoh-tokoh idola suatu agama ini tidak terlepas dari pandangan dan kepercayaan bahwa dengan meneladani sosok idola mereka ini mereka akan memperoleh penghidupan yang layak nantinya setelah mengakhiri hidup di dunia ini. Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan menurut versi agang agamanya masing-masing, kebaikan-kebaikan ini didasarkan pada tauladan yang dicontohkan oleh sosok idola mereka seperti dalam kitab suci masing-masing agama.
            Penulis dalam hal ini beragama kristen khatolik Roma, terlepas dari pandangan subjektif saya terhadap sosok idola saya sebagai umat kriten, saya juga mengagumi beberapa sosok idola lainnya seperti Muhammad dalam ajaran Islam, Confucius dalam ajaran Konghucu, dan banyak lagi sosok idola agama lainnya. Banyak hal yang sangat baik untuk dicontoh dari pola Hidup Muhammad yang tidak hanya bisa dicontoh oleh pemeluk agama Islam, namun juga bisa dicontoh oleh Pemeluk agama lain salah satu contohnya adalah seperti yang dijalaskan dalam beberapa literatur yang mengatakan Muhamaad itu sangat taat pada ajaran agamannya, jujur dan amanah, walaupun dalam tokoh-tokoh lain juga termaktub sifat-sifat ini namun hal ini sangat baik untuk kita sebagai umat manusia teladani. Confucius juga menjadi sosok yang populer dimana dengan kata-katanya bisa mempengaruhi orang lain, dengan bahasa yang rendah diri dan motivatif ia bisa memimpin bangsa dan para pengikutnya dalam meraih apa yang mereka cita-citakan.
            Sebagai umat kriten khatolik tentunya penulis banyak mengetahui sosok idola penulis daripada sosok idola pemeluk agama lain, namun penulis tidak pernah menganggap sosok idola agama lain itu jelek dan tidak perlu dicontoh, penulis juga biasa membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan agama lain, hal ini akan memperkaya wawasan kita mengenai apa yang perlu kita contoh dari orang-orang besar ini. Kepemimpinan Yesus Kristus seperti yang penulis idolakan dalam ajaran agama penulis itulah yang menjadi fokus utama dalam pembahasan penulis kali  ini. Ada beberapa hal yang perlu penulis klarifikasi dan  tegaskan dalam tulisan ini, bukan maksud untuk memuja-sosok idola penulis secara berlebih-lebihan, namun pemahaman penulis tentang sosok idolanya ini lebih banyak dari pada idola-idola agama lain. Tulisan ini tidak hanya bisa dibaca dan sebagai bahan referensi oleh umat kristen saja, namun bisa dibaca dan dijadikan literatur dan bahan masukan bagi semua pihak.
            Siapakah Yesus itu?
            Apa yang menarik dari Yesus Kristus menurut ajaran Kristen?
            Sifat-sifat kepemimpinan apa yang patut dicontoh dalam kepemipinan Yesus ini?
            Menurut Kitab suci Agama Nasrani, walaupun tidak secara tegas saya mengutip dalam Kitab Suci, namun dengan bahasa sendiri dapat saya jelaskan siapakah Yesus itu? Yesus merupakan Orang  Nasaret yang dilahirkan oleh Maria dan Ayahnya Yusuf. Kelahiran Yesus memang sudah diramalkan oleh kita-kitab sebelumnya dalam kesaksian dan tulisan-tulisan para Nabi pada zaman perjanjian lama. Yesus dilahirkan dalam kondisi kedua orang tuanya yang masih bertunangan, dilahirkan di sebuah kandang Domba yang kotor karena tidak terdapat penginapan pada saat mereka akan mengikuti sensus penduduk pada saat itu. Kelahiran Yesus ini dijadikan penanggalan untuk tahun Masehi. Menurut ajaran kristini, Yesus adalah titisan Tuhan yang juga adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia yang dianggap sebagai putra Alllah. Inilah sekelumit cerita tentang hadirnya sosok Yesus dalam ajaran Kristen.
            Yesus menurut Alkitab Nasrani diberikan kuasa oleh Tuhan setelah menjelang Ia diberkati oleh Roh menjelang tahun-tahun masa penderitaanNya. Sebelumnya menurut berbagai sumber Ia meneruskan pekerjaan Ayahnya yaitu sebagai tukang kayu. Setelah terjadi perutusan oleh Tuhan, maka Ia mulai menjalankan misinya dengan memanggil para pengikutNya yang dikenal dengan keduabelas Rasul Yesus. Dari situlah mereka menjalankan missi yang dilalui dengan ziarah-ziarah dan mengajar disetiap rumah ibadat, mengadakan banyak muksizat yang notabene mustahil dilakukan oleh manusia biasa. Yesus pernah ditolak di daerah asalnya karena mengaku sebagai penggenapan dari perjanjian lama, dia mengaku mesias yang dalam kitab perjanjian lama disebutkan akan datang ke dunia. Selain itu Yesus Juga mengadakan banyak muksizat diantaranya adalah menyembuhkan orang buta, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit kusta, mengadakan pertobatan bagi para penjahat, pemungut cukai dan para pelacur. Selain itu Yesus juga dikenal sebagai guru yang handal, mengajar dengan kharismanya membuat orang lain terkesima mendengar kotbahNya. Ia Juga mendapat pertentangan dari Banyak tokoh agama waktu itu, karena dianggap sesat dan akan menurunkan popularitas para tokoh agama dan ahli-ahli taurat serta ajaranNya dianggap bertentangan dengan hukum taurat yang notabene adalah hasil dari kebudayaan dan adat istiadat.
            Yesus selain mengajar kepada orang banyak juga mengajar kepada kedua belas rasulNya, banyak ajaran-ajaranNya yang dikatakan dalam alkitab dalam rangka menyiapkan para pengikutNya menjadi pemimpin bagi umatNya nanti setelah Ia pergi dari dunia ini. Diantarannya adalah ajaranNya agar tidak usah mengkahwatirkan apa yang kamu makan dan yang kamu minum, karena Tuhan sudah tau apa yang kamu butuhkan, dia mengatakan kepada murid-murudnya”lihat burung-burung di udara, ikan-ikan di laut dan bianatang melata lainnya, dia tidak menanam, namun ia masih hidup sampai sekarang” dalam ajarannya ini Yesus ingin mengatakan jangan terlalu fokus dengan kehidupan di dunia ini, namun fikirkanlah kehidupan yang nantinya setelah mengakhiri ziarah di dunia ini.
            Yesus juga dianggap berbahaya bagi para pemimpin-pemimpin besar, karena dia mengatakan bahwa Ia adalah Raja orang Yahudi. Sehingga raja-raja pada waktu itu cemas akan ajaran-ajaraan yang dibawa oleh Yesus ini. Sehingga pada suatu waktu timbul keingian raja-raja untuk menangkap dan menghakimi Yesus, dan ditangkaplah Ia. Penangkapan Yesus sangatlah tragis, dalam persidangannya pilatus sebagai hakim tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri Yesus namun Dia diserahkan kepada masyarakat banyak untuk dijatuhi hukuman mati.  Kematian dan kesengsaraan Yesus ini juga terjadi karena memang sudah digariskan dan diramalkan dalam perjanjian lama. Menurut ajaran kristiani, bahwa Yesus disalibkan, wafat dan dimakamkan, setelah ketiga harinya Yesus bangkit untuk menunjukan kemuliaanNya di banyak orang supaya orang percaya bahwa Ia adalah orang yang diramalkan akan datang pada kita-kitab terdahulu. Memang setelah dianalisis dengan perjanjian lama, riwayat hidup Yesus sama dengan apa yang telah dituliskan. Inilah yang  dianggap umat kristen sebagai penggenapan.
Contoh-contoh kepemimpinan apa yang bisa diambil dalam riwayat hidup Yesus:
1.      Kesederhanaan
Yesus dalam hidupnya selalu diliputi dengan kesederhanaan, mulai dari kelahirannya yang mentragiskan padahal Ia adalah orang terpilih. Dalam kelahirannya itu Yesus ingin mencontohkan bagaimana hidup yang sederhana, tidak berlebih-lebihan. Yesus juga ingin menunjukan bahwa orang-orang besar tidak hanya bisa lahir dari keluarga-keluarga terpandang, namun juga dari kesusahan dan kesederhaan bisa melahirkan seorang pemimpin. Prinsip kesederhanaan ini sangat baik dicontoh oleh banyak kalangan terutama para pejabat sekarang yang ingin hidup diatas kemewahan diatas penderitaan banyak orang. Yesus ingin mematahkan anggapan bahwa yang orang yang terpandang dan mempunyai banyak uanglah yang bisa menjadi pemimpin yang besar, namun juga dari orang-orang yang biasa juga bisa menjadi pemimpin yang besar
2.      Pemimpin adalah Sebagai pelayan
Dalam beberapa kotbahnya, Yesus sering mengungkapkan bahwa prinsip pelayanan ini sangat penting untuk diterapkan. Dia pernah berkata kepada ssmuridnya,”Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi…Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu…Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…(Markus 10:42-45). Prinsip pelayanan ini tidak hanya dikatakan oleh Yesus, namun juga menjadi cara hidupnya dengan melayani banyak orang yang menurutnya haus akan sabda Tuhan, yang menurutNya sering jatuh dalam Dosa. Prinsip ini sangat baik untuk kita jadikan contoh, karena jika kita menilik pada pemimpin pada zaman sekarang jarang sekali bisa meneladani sifat-sifat melayani yang ditunjukan Yesus ini. Hal ini dapat kita tunjukan dengan cara pandang yang menggangap bahwa pemimpin itu sebagai orang penting yang harus dielu-elukan. Misalnya adanya penyambutan Tamu penting seperti Bupati dan pajabat-pejabat lainnya, hal ini salah kaprah, seharusnya mereka menjadi pelayan masyarakat, bukan minta dilayani dengan banyak fasilitas dan kenyamanan yang ada, mereka sudah digaji oleh uang masyarakat, seharusnya mereka sadar kalau mereka harus membayar itu dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Yesus ingin menunjukan bahwa walaupun Yesus sebagai seorang raja yang Ia katakan kerajaannya bukan dari dunia ini, tapi Ia ingin mengabdikan diri bagi manusia, rela mati demi penebusan dosa umat manusia demi keselamatan umat-umatnya. Sangat jarang bahkan tidak ada pemimpin yang pengorbanannya sebesar pengorbanan Yesus.
3.      Pemimpin harus menghasilkan pemimpin lainnya
Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari seberapa sukses dia mencapai tujuan bersama para pengikutnya, namun juga ditentukan seberapa banyak dia menciptakan pemimpin. Kebanyakan para pemimpin sekarang takut jika bawahannya bisa melebihi dirinya,  khawatir para pengikutnya bisa mengganggu jabatannya. Namun tauladan Yesus dia selalu memotivasi para pengikutnya kalau mereka bisa menjadi seperti dirinya dalam mewartakan apa yang telah dia ajarkan. Yesus Kristus selalu berusaha meluangkan waktu sehingga Ia bisa melatih pengikut-Nya dengan baik (Mrk. 6:30-32). Tidak peduli betapa sibuknya Ia, Yesus selalu ingat akan perlunya memberikan waktu untuk melatih para pengikutnya agar bisa menjadi pemimpin. Buktinya para rasulnya dalam sejarah gereja berhasil menjadi pemimpin-pemimpin besar. Sebagai contoh adalah Paulus yang menjadi pemimpin besar pada masa itu.
4.      Pemimpin itu tauladan bagi pengikutnya
Pemimpin harus bisa menjadi contoh bagi pengikutnya, pemimpin harus mempraktekkan apa yang telah Ia katakan kepada pengikutnya. Banyak dari pemimpin kita sekarang yang tidak sadar kalau dirinya belum bisa menjadi tauladan bagi anak buahnya. Mereka tidak perduli dengan anah buah, mereka hanya bisa memerintah, namun tidak pandai untuk melakukan. Pemimpin yang baik itu pandai berkata dan pandai melakukan. Yesus telah menunjukan kalau Ia bisa menjadi tauladan dan contoh bagi para pengikutnya. Sebagai contoh adalah ketika Para muridNya tertidur, Ia berdoa dan berkomunikasi dengan para malaikat dan banyak lagi tauladan hidup Yesus yang terdapat di dalam Alkitab.
5.      Pantang menyerah
Pentang meyerah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, ditingkat manapun seorang pemimpin harus tidak mudah menyerah, harus kuat dan tegar dalam mengahdapi setiap kondisi dan situasi. Banyak dari pemimpin kita sekarang yang cenderung pasrah diri, tidak inovatif dan kreatif untuk mencapai tujuan. Mereka menyerahkan pada keadaan tidak berusaha memperbaiki keadaan. Yesus telah menunjukan tauladanNya degan tidak menyerah dalam kehidupannya sebagai manusia hal ini dibuktikan dalam kisah penyalipan dirinya yang sangat tragis, memikul salib yang begitu berat dengan jarak yang jauh, dengan siksaan yang bertubi-tubi, dengan jatuh tertimpa salib, namun bangkit-lagi dan bangkit lagi. Hal ini menunjukan bahwa seorang Yesus pantang menyerah dengan situasi dan kondisi.

6.      Fokus pada visi dan missi
Seorang pemimpin harus mengetahui visi dan missi mengapa mereka menjadi pemimpin. Harus konsisten dengan apa yang menjadi tujuan dan bagaimana dia mencapai tujuan-tujuan itu. Yesus dalam kehidupannya tidak hanya bisa membagi keadaan, saat mana Ia harus menjaga hubunganNya dengan Allah dan kapan Dia menjaga hubunganNya dengan manusia, kedua hal inilah yang menjadi vissi dan missi hidup Yesus. Banyak dari pemimpin sekarang kurang fokus pada tujuan, menjadi pemimpin namun tidak tau visi dan missi organisasi, namun hanya memfokuskan pada vissi dan missi pribadi. Mereka hanya menjalankan kepemimpinannya dengan rutinitas yang ada, sehingga tidak memikirkan visi dan missi yang mana yang harus konsisten dijalankan. Yesus sudah menujukan bahwa Ia fokus pada tujuanNya yaitu mati demi menebus Dosa umat manusia, menjadi pelayan dengan menyampaikan kebenaran pada semua pihak agar umat manusia selamat dari Dosa.
7.      Ketekunan dan Tanggung Jawab (Sense Of Responsibility)
Ketekunan merupakan salah satu kualitas kepemimpinan yang paling utama. Yesus lagi-lagi merupakan teladan ketekunan yang penuh ketabahan. Ketekunan dan tanggungjawab merupakan modal yang berarti dalam suatu kepemimpinan. Banyak dari pemimpin sekarang yang melemparkan kesalahan kepada orang lain terutama kepada bawahannya, mereka suka bemain dan bersembunyi dibalik para pengikutnya. Namun Yesus tidak seperti itu, malahan para pengikutnya yang kurang bertanggung jawab, pada saat Yesus ditangkap, mereka malah menyangkal bahwa mereka adalah pengikut Yesus. Berkali-kali dalam hidupnya bangsa Israel “menggerutu” terhadap kepemimpinannya dan menentang wibawaNya. Akan tetapi Ia tidak menyerah. Oleh karena itu sifat tekun dan tanggungjawab Yesus ini sangat baik untuk kita teladani

8.      Kasih sayang
      Kasih sayang merupakan ajaran Yesus yang paling utama. Barang siapa yang ingin masuk ke dalam kerajaan Tuhan yaitu surga ia harus mengasihi Tuhan dan mengasihi sesamanya manusia. Disinilah letak perbedaan penekanan antara kitab perjanjian lama dan perjanjian baru setelah ajaran Yesus yaitu cinta kasih diberitakan, perjanjian lama menitikberatkan pada hubungan manusia dengan Tuhan sedangkan perjanjian baru menitikberatkan pada hubungan sesama manusia.  Barangsiapa ingin mengikuti dan mengasihi Aku maka ia harus mengasihi sesama  manusia dengan segenap  hati dan jiwa raganya”.  Seorang pemimpin diharapkan bisa menanamkan kasih sayang kepada bawahannya, mencintai para pengikutnya dengan segenap hatinya, mempunyai rasa memiliki dan rasa peka terhadap apa yang dirasakan para pengikutnya. Pemimpin sekarang banyak yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri, korupsi, kolusi dan nepotisme merajalela, dan banyak yang tidak punya hati nurani yang tidak peka terhadap kondisi dan situasi masyarakatnya.
Semua ini adalah rangkuman dari apa yang dapat kita contoh dari kehidupan Yesus. Maka ada delapan prisip kepemimpinan yang dapat kita contoh dari kepemimpinan Yesus, yaitu: Kesederhanaan, pelayanan, sebagai tauladan, pemimpin yang menciptakan pemimpin baru, pantang menyerah, fokus pada visi dan missi, Ketekunan dan Tanggung Jawab (Sense Of Responsibility), dan kasih sayang. Kehidupan Yesus yang diprediksikan 2000 tahun  yang lalu ini menjadi bahan referensi kita dalam bertindak dan berbuat, terutama bagi para pemimpin-peminpin kita zaman sekarang. Kepemimpinan pelayanan belum lama ini kita temui konsep dan pemikirannya, namun Yesus telah mengajarkan konsep kepemimpinan melayani ini sejak 2000 tahun yang lalu. Kepemimpinan Yesus ini tidak terbatas pada ruang dan waktu, dimana pun dan kapan pun prinsip-prinsip ini masih dapat diterapkan. Jika kedelapan tauladan Yesus ini dapat kita patuhi, maka dengan rahmat dan kuasa Tuhan maka kepemimpinan sesorang akan berhasil. Seperti yang penulis sampaikan pada pembukaan tulisan ini, bahwa kepemimpinan ala Yesus ini tidak hanya bisa dipelajari dan ditauladani oleh umat kristiani, namun juga oleh pemeluk agama lain.
Semoga kita sebagai generasi penerus bangsa bisa meneladai prinsip-prinsip kepemimpinan Yesus ini..Amin.............!



Sumber:
Alkitab (kitan Suci Nasrani)